Posts

Showing posts from February, 2019

Di sini pun diselenggarakan judi secara bebas, ramai

Namun, akhirnya visa diperoleh juga. Saya pun dapat Sebaliknya pengalaman lucu saya alami waktu Kompas seorang koresponden di sana. Selain di kota Pontianak, saya asli, tapi saya tidak bersedia merubah nama yang diberi menunaikan ibadah umrah. menugaskan saya ke Kalimantan Barat tahun 1980-an mencari masuk sampai ke pedalaman hulu sungai Kapuas. Waktu menyelusuri desa-desa di tengah hutan di pinggir sungai, bersua sebuah desa terdiri cuma enam rumah sangat seder- hana: dinding kulit kayu, atap dedaunan. Penduduknya ber sahaja. Di sini pun diselenggarakan judi secara bebas, ramai Saya takjub! Di desa tersebut terdapat gereja Katolik cukup memadai. Lebih takjub lagi, saya melihat pemimpin formal penduduk panutan mereka, seorang suster kulit putih asal Swiss. Sebelum ke lapangan, perempuan ini beroleh pen didikan di seminari Malang. Dia mempelajarinya sosial budaya, tata krama, way of life suku Dayak. Itu contoh dari banyak desa pedalaman Kalimantan yang pimpinan form

Hal ini mungkin dibuktikan dalam perjalanan hidup saya

Dalam aksi militer Belanda I tanggal 15 Januari 1947 beliau terlibat voor contact di Simpang Kalawi, Padang Musuh memergokinya waktu sedang memegang tali kawat untuk meledakkan ranjau darat di bawah jembatan Kalawi. Setelah ditembak mati serdadu Belanda, mayatnya diseret ke jalan raya, lalu kepalanya digilas dengan tank. Beliau gugur sebagai syuhada, dan selesai salat Maghrib hari itu juga jasadnya dimakamkan dalam upacara militer di belakang surau kecil Korong Gadang, Padang. Setiap tahun pada hari gugurnya itu secara rutin jemaah masjid Bansa ci Ketaping Lawang, menziarahi makamnya ke Korong Gadang. Tahun 1985, makam tersebut dipindahkan ke pekarangan masjid Bansa, di mana beliau salah seorang di antara sponsor pembangunan masjid tersebut tahun 1917 silam. Hal ini mungkin dibuktikan dalam perjalanan hidup saya Untuk kedua kalinya pemakaman syuhada ini dilakukan dalam upacara militer RUMAH GADANG Bapak dan Andai tinggal di rumah gadang, rumah komunal kaum kami, Inilah rumah

Semua anak-anak pandai mengaji

Naik haji adalah peristiwa luar biasa. Waktu itu jumlah orang Lawang yang mampu menunaikan rukun Islam kelima dapat dihitung dengan jari Mengingat perjalanan jauh dan berat, entah selamat kem- bali pulang entah tidak, maka sebelum berangkat ke Makkah, pimpinan payung panji Pili beliau serahkan kepada pengganti Dalam adat-istiadat Minangkabau disebut: hidup bakarilahan mati batungkek budi. Artinya beliau rela turun jabatan me- nyerahkan tongkat estafet kepemimpinan tradisional itu kepada kernenakian beliau, disepakati secara bulat dalam musyawarah semua anggota kaum lelaki-perempuan. Masih ada baganti" dan Mambangkik batang tarandam cara penggantian penghulu lainnya, antara lain Patah tumbuah hilang Asal Usul dan Kaum Keraba Bisa dibanding dengan akhir abad ke 20. Cuma 14 jam dengan pesawat udara. Naik bis besar pakai penyejuk hawa ke mana pun pergi selama melakukan rukun haji. Disemprot dengan air selama wukuf di Arafah bahkan padang pasir yang maha luas itu kini telah

Beliau jalan kaki tiap hari bersama kawan

Hanya ada perkiraan lisan, konon semenjak 150 tahun silam. Belahan kami di Sungai Batang, sudah lama tidak terpantau. Nenek pernah bercerita, ada hubungan darah kami dengan pihak bundanya Buya Hamka. Gelar Buya Hamka, Datuk Indomo, juga ada di Lawang. Alkisah, waktu nenek moyang dulu berangkat dari Lawang ke Sungai Batang, beberapa benda pusaka dibagi. Di Lawang, barang antik piring-cangkir, sedangkan untuk Sungai Batang, pakaian adat sulaman nenek-nenek di Koto Tuo. Jejak sejarah itu telah lenyap. Keabsahannya dipertanyakan. Sedangkan kaum-kaum lainnya, baik dari suku Tanjung maupun suku-suku lainnya di Lawang, konon menurut cerita orang tua-tua dahulu, ada yang berasal dari Kamang, Panyalaian, Lambah (Sianok), malahan ada yang dari Baruh-negari- negari sekitar Danau Maninjau. Keabsahannya dipertanyakan "ANDAI" (IBU) ANAK TERTUA IBU saya bernama Jawani adalah yang tertua dari enam bersaudara seibu-seayah, hasil perkawinan Haji Husin dan Rafiah. Seperti u

Namun, ada juga yang melakukan kawin antar satu suku, tapi sanksi berat

Mereka berada di bawah payung panji 30 penghulu pemangku adat atau ninik mamak, lazim disebut Nan Tigo Puluah, terbagi atas: Sembilan penghulu Caniago, yakni Datuk Nankodoh nan Tuo, Datuk Nankodoh nan Hitam, Datuk Nankodoh Rajo, Datuk Nankodoh nan Kuning, Datuk Tan Marajo, Datulk Simarajo nan Labih, Datuk Simarajo nan Panjang, Datuk Sinaro, Datuk Tinaro nan Hitam. Para penghulu suku Caniago biasa disebut sebagai "Nan Sambilan" Delapan Tanjung. Datuk Basa, Datuk Bagindo Marajo, Datuk Rajo Basa, Datuk Rajo Endah, Datuk Rajo Pangulu Kampung, Datuk Rajo Pangulu nan Tuo, Datuk Rajo Pangulu nan Kuning, Datuk Rajo Pangulu nan Tinggi. Mereka disebut "Nan Salapan". Tujuh Pili Datuk Putih nan Tuo, Datuk Putih Lawang, Datuk Bungsu Kampung, Datuk Mudo, Datuk Bungsu Lawang, Datuk Bagindo Basa, Datuk Tan Majo Basa. Mereka disebut "Nan Tujuah - Dan enam Sikumbang. Namun, ada juga yang melakukan kawin antar satu suku, tapi sanksi berat Datuk Rajo Agam, Datuk Majo